Pentingnya Beorganisasi Bagi Mahasiswa*

Berorganisasi merupakan ajang belajar bagi mahasiswa untuk bisa bekerjasama, belajar bertoleransi, bertanggungjawab atas pekerjaannya, berdisiplin, bertenggang rasa, saling memahami karakter sesama anggota organisasi maupun banyak hal lain yang semuanya merupakan sesuatu yang baru. Dikatakan baru, karena ada perubahan perilaku yang harus dilakukan, yaitu dari bekerja sendiri kemudian harus bekerja secara bersama-sama. Uniknya adalah setiap organisasi memiliki budaya kerja yang berbeda, sehingga seseorang yang telah menjadi anggauta suatu organisasi tertentu, harus melakukan penyesuaian dengan organisasi baru yang akan dimasukinya. Setiap organisasi memiliki budaya kerja yang berbeda dengan organisasi lainnya, meskipun bidangnya sama, karena anggota ataupun lokasinya berbeda.

Berorganisasi tidak harus masuk ke dalam organisasi yang formal, bisa juga informal. Organisasi formal dengan informal cara kerjanya hampir sama, yang membedakan adalah pengakuan masyarakat, serta pertanggung jawaban kerjanya. Organisasi formal misalnya: organisasi masyarakat, partai politik, club olah raga. Sedangkan organisasi informal, misalnya: komunitas bersepeda, senam di perumahan, arisan. Setiap organisasi mempunyai aturan-aturan berbeda yang harus ditaati oleh anggautanya. Organisasi formal adalah organisasi yang legal, didaftarkan/resmi ke pemerintah, sehingga ada konsekuensi di dalam bidang hukum.

Berorganisasi sangat disarankan bagi mahasiswa yang bisa membagi waktunya dengan baik, organisasi yang diikuti bisa di lingkungan rumah, Masyarakat, kampus ataupun sesuai dengan bakat/hobi. Dengan berorganisasi kita bisa belajar dalam banyak hal, apalagi kalau ditunjuk menjadi pengurus organisasi tersebut. Keberlangsungan suatu orgnisasi sangat tergantung pada keaktivan dan kreativitas pemimpin organisasi maupun rasa kebersamaan pengurus dan anggotanya. Semakin aktif pemimpin organisasi dalam menggerakkan aktivitas pengurus lain maupun anggotanya, maka organisasi tersebut menjadi ‘hidup’ dan berkembang. Hal penting yang harus dipahami oleh mahasiswa di dalam berorganisasi adalah: harus memahami tujuan dari organisasi tersebut serta meyakini bahwa organisasi tersebut bukan menjadi bagian yang melanggar UU yang berlaku di Indonesia, agar tidak membahayakan dirinya untuk masa depannya. Di sisi lain, jika mahasiswa ingin masuk organisasi, harus mampu berdisiplin membagi waktu, antara belajar dengan organisasi. Ke duanya sama-sama belajar namun perlu diingat bahwa tujuan utama mahasiswa kuliah di Perguruan Tinggi adalah untuk mencapai cita-cita maupun tanggung jawab kepada orang tuanya. Hasil berorganisasi dampaknya akan berlanjut pada saat masuk ke dalam dunia kerja, yang menjadi tujuan mahasiswa setelah lulus studi. Meskipun mungkin sebelum masuk ke dunia kerja, melanjutkan studi untuk menambah keahliannya di bidang tertentu sesuai tuntutan dunia kerja yang akan digelutinya.

Di dalam menempuh studi strata satu, dua ataupun tiga, banyak mahasiswa yang mengikuti kursus di luar kampus dalam jangka yang cukup panjang seperti: kursus komputer, kursus Bahasa Inggris, kursus di bidang lain penunjang bidang kerja yang akan ditekuni. Di semua bidang ini akan terbentuk organisasi non formal, yang sangat mungkin akan bermanfaat di masa depan. Ikatan kebersamaan di masa kursus ini sering menjadi hubungan yang sangat erat, walaupun mereka sudah bekerja di tempat yang berjauhan maupun di posisi yang berbeda. Hubungan erat terjadi, karena merasa senasib dalam berjuang untuk mencapai tujuan, seringnya bertemu, memiliki karakter yang sama ataupun hal lain. Melihat berbagai hal yang harus ditekuni, maka untuk bisa belajar berorganisasi perlu pertimbangan manfaat dari menjadi anggauta organisasi tersebut, agar tidak meninggalkan tanggung jawab utamanya yaitu belajar untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

Pada umumnya mahasiswa belajar di Perguruan Tinggi masih menjadi tanggungjawab orang tuanya dalam hal pembiayaan. Hal ini sering diabaikan oleh mahasiswa, karena merasa tercukupi secara keuangan sehingga abai di dalam belajar. Jika ini terjadi maka pertanggung-jawaban mahasiswa kepada orang tuanya sering diabaikan. Di sisi lain orang tua bersusah payah mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya, sementara mahasiswa abai dalam belajar dan asyik mengikuti organisasi dengan berbagai alasan. Tentunya hal ini bukanlah pilihan yang baik. Berorganisasi penting, tetapi menyelesaikan studi sesegera mungkin (tepat waktu) jauh lebih penting. Keberhasilan penyelesaian studi merupakan kebanggaan orang tuanya maupun dirinya sendiri, sehingga perlu pengelolaan waktu dan disipilin terhadap waktu di dalam perjalanan hidupnya.

Organisasi diperlukan guna menata dan mengalokasikan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Agar organisasi bisa berjalan dengan baik, diperlukan adanya pimpinan yang bertugas untuk memimpin organisasi dan semua anggota organisasi harus menjalankan perintah/permintaan pimpinan. Hal ini juga ditunjukkan oleh Allah SWT, di dalam Surat An Naml 18, agar perilaku semut yang hidup secara berkelompok, memiliki budaya kerjasama yang baik dan patuh terhadap pimpinannya, sehingga dapat ditiru oleh manusia. Ayat tersebut berbunyi:

حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Terjemah:

Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Organisasi menurut Robbins dan Coulter (2009) adalah pengaturan /penyusunan secara terstruktur terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Atas dasar pengertian tersebut, menunjukkan bahwa karakteristik organisasi adalah: sekumpulan orang yang terdiri dari beberapa orang, mempunyai tujuan tertentu serta melakukan pembagian kerja. Jika organisasinya profesional, maka harus ada struktur organisasi yang mudah dipahami oleh kelompok orang-orang tersebut. Adanya struktur organisasi akan dibentuk pembagian kerja dan tanggung jawab secara jelas. Hal ini berlaku untuk organisasi formal maupun informal. Perbedaannya untuk organisasi informal pembagian kerja biasanya dilakukan secara lisan dengan pertimbangan adanya saling percaya dan saling membutuhkan. Sedangkan organisasi formal struktur organisasi secara formal wajib dibuat, dilengkapi dengan job diskripsi dan job spesifikasi. Hal ini perlu dilakukan agar pertanggung jawabannya jelas. Organisasi formal tidak hanya untuk organisasi bisnis saja, termasuk organisasi sosial, pendidikan ataupun organisasi yang memiliki legalitas.

Menarik untuk dicermati lebih dalam adalah organisasi informal. Organisasi ini banyak dibuat oleh masyarakat guna mengisi kegiatan-kegiatan positif, termasuk di dalamnya mencari saudara baru ataupun menambah wawasan baru. Misalnya: membentuk komunitas sepeda ‘Gowes’, komunitas penyayang burung, penyayang kucing, arisan ibu-ibu dan semacamnya. Komunitas biasanya diawali dengan jumlah anggota dalam jumlah terbatas, kemudian berusaha dikembangkan, untuk tujuan tertentu ataupun prestis oleh sebagian orang. Meskipun non formal perlu dibentuk adanya kepengurusan, guna memudahkan kegiatan operasionalnya. Pimpinan atau ketua komunitas ditunjuk oleh anggota yang dipandang memiliki kemampuan mengelola diantara para anggotanya.

Bagaimana dengan organisasi bisnis non formal? Di dalam organisasi bisnis non formal, tidak harus ada struktur organisasi secara formal, namun tetap harus ada pembagian kerja secara jelas, serta pengertian seberapa besar tanggung jawabnya dan harus bertanggung jawab terhadap orang yang ditunjuk sebagai atasannya. Pembagian kerja dilakukan secara sederhana, sesuai kebutuhan organisasi tersebut. Misalnya: ketua (pimpinan), Sekretaris (yang melakukan pencatatan kegiaatan operasional dan persuratan), Bendahara (bagian Keuangan) serta bagian lain yang dipandang perlu. Biasanya pembagian kerja dibuat seminimal mungkin, mengingat kerja bareng yang tidak ada kompensasinya (kerja sosial). Apabila akan dilakukan kegiatan besar, mengikuti acara-acara khusus, baru dibentuk tim guna melancarkan kegiatannya. Hal ini juga bisa dilakukan untuk kegiatan sosial dari sekelompok orang termasuk kegiatan ibu-ibu dalam bentuk kelompok arisan. Minimal ada ketua, sekretaris, bendahara dan seksi arisan. Apabila akan melakukan wisata bersama, baru ditambahkan personal untuk bagian-bagian yang dibutuhkan. Intinya adalah struktur organisasi baik formal ataupun informal dibuat atas dasar kebutuhan untuk melancarkan kegiatan operasional dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Bagaimana dengan kegiatan mahasiswa di dalam belajar berorganisasi? Di dalam kegiatan kampus ada beberapa kegiatan, misalnya: Kegiatan akademik (seminar, diskusi, workshop, ekstra kurikuler, budaya dan sosial, maupun organisasi kemahasiswaan. Semua kegiatan ini harus ada koordinatornya agar semua kegiatan bisa berjalan dengan lancar seperti harapan. Pada umumnya pengurus dari kegiatan ini diusulkan oleh mahasiswa, kemudian dipilih oleh semua anggauta untuk mendapatkan suara terbanyak. Pelengkap kepengurusan ditentukan oleh ketua dengan persetujuan semua anggauta. Sehingga penerapan pemilihan pengurus dilakukan secara demokratis dan transparan.

Berbeda halnya dengan organisasi bisnis, memiliki kecenderungan pemilik dana adalah penentu siapa yang akan menduduki jabatan/kepengurusan dengan melihat kemampuan dari orang yang dipilih sesuai pandangannya. Semakin besar modal dan perkembangan bisnis, maka cara pemilihan pengurus dimungkinkan berubah, karena kegiatannya lebih sensitif, yaitu masalah untung rugi suatu usaha. Dan ini berhubungan dengan pendapatan perusahaan yang mempunyai tanggung jawab moral terhadap karyawan yang bekerja, dalam hubungannya dengan kompensasi dan kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.

Mahasiswa belajar berorganisasi dimulai dari hal-hal yang bersifat sosial ataupun pengembangan hobi, olah raga misalnya. Di sini mahasiswa belajar toleransi dengan teman-temanya, tanggungjawab, menghargai waktu, mengenal berbagai macam karakter dari teman-temannya, sebelum masuk ke dunia yang lebih berisiko yaitu dunia bisnis, ataupun pemerintahan. Di dalam dunia bisnis disiplin sangatlah penting, karena ‘waktu adalah uang’. Orang yang bekerja secara santai hasilnya akan lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang bekerja secara serius dan ulet. Di dalam bisnis diperlukan kreativitas untuk mengatur strategi guna memenangkan persaingan. Untuk itu perlu pengalaman agar penentuan strateginya tepat. Bisnis sangat dinamis, sehingga pengelola perlu mengikuti perkembangan yang dinamis, sehingga mencari informasi perkembangan pesaing, kondisi perekonomian, perubahan selera konsumen dan banyak hal lain harus dilakukan. Untuk itu, seorang pimpinan bisnis harus mampu melihat/memprakirakan keadaan di masa depan agar bisa mengambil Keputusan yang tepat untuk organisasinya.

Di dalam berbisnis, suasana kerja berbeda dengan kelompok sosial, karena ada istilah untung-rugi di dalam kegiatan operasionalnya. Sehingga mahasiswa harus mau belajar banyak untuk terjun ke bidang bisnis. Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah magang di Perusahaan yang sudah sukses, dalam bidang yang sama yang ingin digelutinya, guna mencari tambahan wawasan, pengalaman serta mengetahui lingkungan kerjanya. Pada fase ini tujuan utamanya bukan kompensasi (gaji) tetapi pengalaman kerja. Banyak perbedaan yang akan dialami antara teori dengan praktik di lapangan, meskipun beberapa teori yang diperoleh dibangku kuliah sebagian bisa diterapkan. Mengapa demikian? Teori yang didapat di bangku kuliah biasanya didasarkan pada keadaan standar/normal, sedangkan keadaan yang terjadi di lapangan banyak terjadi hal-hal yang tidak terduga atau tidak normal. Keadaan ini kadang akibat tuntutan keadaan, sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya: perubahan teknologi yang semakin modern, perubahan perilaku, perubahan strategi pesaing, kondisi perekonomian ataupun perubahan strategi/taktik pesaing.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah manusia dalam proses perjalanan hidupnya tidak bisa lepas dari organisasi, baik organisasi formal maupun informal. Untuk bisa mengikutinya kita harus banyak belajar agar bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, serta berkembang sesuai wawasan yang kita miliki. Manusia harus bisa berubah untuk menjadi lebih baik sesuai situasi dan kondisi lingkungannya agar bisa survive.

*Oleh: Widyarini

Referensi:

HB. Siswanto, 2011, Pengantar Manajamen, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Robbins, P. Stephen dan Mary Coulter, 2009, Manajemen, (Terjemahan), Jakarta: PT. Indeks.

Stoner, James A.F., 1994, Manajemen, (Terjemahan), Jakarta: Erlangga.

Widyarini, Manajemen Bisnis dengan Pendekatan Islam, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Yogyakarta, 2012

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler