JADILAH PEMIMPIN YANG PROFESIONAL
Pada dasarnya setiap orang bisa menjadi pemimpin, pada waktu yang tidak jelas kapan tiba saatnya. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, baik di lingkungan yang relatif kecil ataupun besar. Kapan waktunya? Untuk kaum laki-laki sudah dapat dipastikan bahwa setelah mereka menikah secara otomatis akan menjadi pimpinan keluarga. Allah telah menentukan bahwa laki-laki adalah pemimpin dari kaum perempuan, seperti termaktub dalam QS An Nisaa’:34 اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ yang berarti: Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri). Lebih lanjut dalam ayat yang sama disebutkan: وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّۚ yang artinya: Bila perempuan melakukan nusyuz maka laki-laki boleh memberi hukuman yang tidak menyakitkan, namun laki-laki tidak boleh mengada-ada. Ayat ini menunjukkan bahwa seorang pimpinan boleh memberikan hukuman kepada anak buah, tetapi dengan cara yang baik dan tidak mengada-ada atau mencari-cari kesalahan anak buah.
Menjadi pemimpin tidak harus karena menikah, di dalam organisasi yang diikuti atau pun dijalankan, (misal: organisasi olah raga, komunitas mobil/motor tertentu, arisan, usaha bisnis) sangatlah mungkin seseorang mengangkat dirinya sebagai pemimpin (jika membuat usaha atau mendirikan organisasi sendiri), ditunjuk sebagai pemimpin oleh anggota atau ditunjuk oleh pimpinan yang lebih tinggi lagi di organisasi. Bila seseorang bekerja atau berada di sebuah organisasi yang besar, ada kemungkinan seseorang ditunjuk pimpinan yang lebih tinggi untuk memimpin sebagian dari organisasi. Pemimpin dalam organisasi bisnis ataupun organisasi sosial, sangat mungkin diamanahkan kepada perempuan tidak harus laki-laki. Suatu jabatan tertentu, biasanya diberikan kepada seseorang karena dipandang memiliki keahlian di dalam memenej (mengelola).
Seorang pemimpin harus memiliki karakteristik minimal adalah: kecerdasan, bertaqwa kepada Allah SWT., keberanian mengambil keputusan, memiliki rasa tanggung jawab, dan pandai berkomunikasi. Apabila memiliki kewibawaan ataupun kriteria lain yang dipandang memenuhi syarat untuk jabatan tersebut, tentunya akan lebih baik untuk melengkapi kriteria menjadi pemimpin. Banyak pakar manajemen memberikan kriteria yang baik untuk menjadi pemimpin. Perbedaan kriteria sangat tergantung pada dari sisi mana pakar tersebut melihatnya.
Setiap orang yang diberi amanah untuk menjadi pemimpin sebuah organisasi, sebenarnya mendapat pekerjaan yang tidak mudah, karena ia harus memiliki tanggung jawab besar dalam mencapai tujuan organisasi, baik organisasi formal maupun informal. Konsekuensi menjadi seorang pemimpin adalah memiliki anak buah yang harus dimenej secara baik dan benar. Pengertian ke dua kata ini berbeda, meskipun secara sepintas terlihat sama. Baik belum tentu benar dan benar belum tentu baik. Contohnya pemimpin memberikan tugas kepada karyawan untuk mengerjakan pekerjaannya sampai selesai tanpa mempertimbangkan penyelesaian waktunya. Ini perintah yang baik dan benar. Ternyata pekerjaan tersebut baru bisa diselesaikan sampai dengan jam 23.00 karena keterbatasan kemampuannya. Sementara pekerja lainnya mampu menyelesaikan lebih cepat. Tentunya tindakan pimpinan ini tidak benar, karena mempekerjakan karyawan tanpa melihat kemampuannya, meskipun tujuannya baik. Untuk memberikan beban kerja kepada karyawan, seorang pemimpin harus mengetahui kemampuan anak buahnya, sehingga mampu menentukan standar kerjanya dengan baik. Untuk itu, seorang pemimpin harus menentukan standar kerja minimal, agar bisa diperlakukan terhadap semua karyawan yang ada. Apabila ada karyawan yang mampu mengerjakan lebih banyak dari ketentuan standar, tentunya harus ada hadiah (bonus) untuk kelebihannya tersebut. Sebaliknya jika hasilnya lebih kecil dari ketentuan standar diberlakukan sanksi supaya bekerja dengan lebih baik. Ketentuan besaran hadiah dan sanksi harus disampaikan secara terbuka terhadap semua karyawannya, untuk memotivasi kerja yang lebih baik. Bertindak adil untuk semua anak buah, mampu membagi pekerjaan sesuai dengan keahlian masing-masing, serta perlu banyak hal yang harus dipikirkan sesuai jenis usahanya, agar tujuan organisasi bisa tercapai.
Menurut Robbins dan Coulter (2009) organisasi adalah pengaturan (penyusunan) secara terstruktur terhadap sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Siswanto (2011) mendifinisikan organisasi sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk merealisasikan tujuan bersama. Masih banyak pendapat para pakar lainnya. Secara sederhana organisasi dapat diartikan sekumpulan orang yang memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai secara bersama-sama, dengan target tertentu yang akan dicapai secara bertahap. Jika mengacu pada pengertian ini, maka tujuan dapat dipilah menjadi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Demikian juga di dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat dengan perkawinan, pasti memiliki tujuan secara berjenjang, yang tujuan akhirnya adalah mengentaskan anak-anaknya menjadi anak sholeh/sholehah yang sukses di dalam berkarir. Jika tujuan tersebut dapat dicapai, maka menikmati masa tua dengan tenang, tenteram dan bahagia. Dilihat dari tujuan organisasi, setiap jenis organisasi menuntut strategi yang berbeda. Pembicaraan berikut lebih ditekankan pada organisasi bisnis, meskipun organisasi sosial ataupun keluarga memiliki ciri-ciri yang hampir sama untuk perilaku kepemimpinannya.
Seorang pimpinan untuk bisa sukses di dalam memenej diperlukan beberapa kriteria, utamanya adalah cerdas. Dengan kecerdasan ini, pemimpin bisa menentukan strategi bisnisnya secara tepat. Strategi dibuat berdasarkan wawasan tentang banyak hal, antara lain: peluang bisnis, kemampuan membuat produk, segmen pasar, kondisi pesaing, ataupun pengembangan produk ke depan agar menjadi leader. Tanpa kecerdasan sangat mungkin pemimpin akan dibohongi oleh anak buahnya yang lebih cerdas. Pemimpin cerdas tetapi tidak kuat imannya, sangat mungkin melakukan hal-hal tercela. Jadi bertaqwa kepada Allah SWT. merupakan suatu tuntutan yang wajar. Seorang muslim tentu ingin menjadi orang baik, yang bermanfaat bagi orang lain. Orang yang bertaqwa insyaAllah mampu membimbing perilaku anak buahnya untuk bertaqwa. Orang yang bertaqwa tentunya akan amanah, jujur, saling tolong menolong, banyak bersyukur serta tindakan positif lainnya.
Seorang pemimpin merupakan contoh bagi anak buahnya. Sehingga contoh yang baik ataupun kurang baik, biasanya menjadi pedoman bagi anak buahnya di dalam berperilaku. Pengertian kepemimpinan manajerial menurut Stoner (1982) adalah: suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh terhadap sekelompok anggota, di dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan dengan tugasnya. Menurut Keith Davis (dalam Sutarto, 1986) seorang pemimpin harus memiliki sifat yang mampu membawa organisasi ke arah sukses, sifat tersebut: kecerdasan, kedewasaan dan keluasan hubungan sosial; motivasi diri dan dorongan berprestasi serta hubungan manusiawi. Tentu saja para pakar manajemen memiliki cara pandang yang berbeda, tergantung dari sisi mana melihatnya. Dari hasil rangkuman Sutarto (1986) ada 30 (tiga puluh) sifat yang mampu membawa organisasi menjadi sukses. Dari ketiga puluh sifat ini apabila dikelompokkan dapat dirinci sebagai berikut:
- Hubungan pemimpin dengan Allah/Tuhannya: Taqwa, Amanah, jujur
- Hubungan pemimpin dengan roda pengelolaan: cerdik, berilmu, sehat, efisien, bersemanagat bertindak adil, berdaya cipta asli, berpengharapan baik, daya tangkap tajam, mampu membuat keputusan, punya tanggung jawab, mendahulukan kepentingan orang lain, berkemauan keras, berwawasan situasi, mampu berkomunikasi, mampu menyusun rencana, mampu mengawasi, satu kata dengan perbuatan, punya motivasi kerja yang sehat.
- Pemimpin memiliki karakter diri: sehat, percaya diri, berjiwa matang, tegas, cakap, disiplin, bijaksana, sehat, berani, manusiawi, setia.
Melihat dari pengelompokkan ini, menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan yang mudah. Kesadaran diri untuk melihat kemampuan diri merupakan hal penting untuk mengambil keputusan amanah tersebut diterima atau tidak. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus mencari tahu terlebih dahulu seberapa luas tanggung jawab yang harus dikerjakannya. Kemudian menghubungkan dengan kemampuan diri dan kondisi keluarga. Keluarga memberi dukungan atau tidak, dengan jabatan tersebut. Sering terjadi keluarga menuntut sebagian besar waktunya untuk terlibat di dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rakhmah. Jika hal ini menjadi tuntutan keluarga, maka sebaiknya permintaan menjadi pemimpin suatu organisasi bisnis ditolak. Memberikan waktu yang hanya sedikit untuk mengelola organisasi bisnis dalam skala besar, resiko kegagalannya akan sangat besar. Hal ini akan sangat merugikan banyak orang, baik pemilik usaha ataupun karyawan yang terlibat. Apabila hal ini terjadi di dalam lingkungan keluarga, sebaiknya karier diawali dengan membuat bisnis kecil-kecilan dengan melibatkan anggota keluarga sebagai pendukungnya. Sehingga kebersamaan diperoleh, keuntungan juga didapat. Usaha kecil ini harus mampu dipertahankan dan dikembangkan guna mencapai tujuan akhir, yaitu kesuksesan. Usaha yang diawali dari kecil kemudian bertahap menjadi besar, biasanya akan bertahan dalam jangka panjang dan bermanfaat untuk banyak orang.
Menarik untuk dicermati apa arti kata sukses? Sukses dapat diartikan dalam banyak pengertian oleh masing-masing orang. Batasan sukses adalah target tujuan dapat dicapai sesuai rencana. Sehingga berbicara kesuksesan harus diawali dengan tujuan yang dijabarkan dalam pembuatan rencana secara sistematis, dengan mempertimbangkan resiko yang mungkin akan terjadi. Atas dasar pengertian tersebut, maka sukses dapat diartikan beragam sesuai tujuan masing-masing organisasi. Kata kuncinya adalah: kesuksesan dapat dicapai dengan kepemimpinan yang benar dan baik (memenuhi beberapa kriteria), keuletan di dalam bekerja memenej dengan benar dan baik, penentuan planning untuk mencapai tujuan, ketepatan strategi dan taktik.
Pemimpin yang bertaqwa akan berusaha berlaku jujur di dalam berbisnis, selalu bersyukur atas pencapaiannya, karena meyakini bahwa rizki sudah ada jatahnya dan diberikan pada waktu yang tidak terduga. Meskipun demikian, seseorang tidak boleh berpangku tangan (pasif) dengan menunggu datangnya takdir. Pada saat ini tidak ada seorangpun yang tahu takdirnya seperti apa, sehingga dia harus menganggap takdirnya adalah cita-cita atau target maksimumnya. Demikian pula dalam sebuah organisasi bisnis pimpinan harus berpendapat bahwa takdirnya adalah ‘menguasai’ dunia, sehingga penerapan strategi dan taktik harus dilakukan secara cermat dengan melihat situasi dan kondisi pesaingnya. Keuletan di dalam berbisnis akan menunjukkan usaha yang serius dan tidak mengenal lelah. Di dalam bisnis tidak mengenal kata ‘gagal’ yang ada adalah ‘belum waktunya berhasil’, sehingga berjuang semaksimal mungkin dengan cara yang dibenarkan di dalam Islam harus dilakukan. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Mukmin 60 ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ yang menunjukkan bahwa Allah akan memenuhi permintaan (do’a) hambanya. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik haruslah orang yang amat senang berdo’a memohon kepada Allah SWT untuk kemajuan dan kesuksesan organisasi yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin haruslah cerdas di dalam pengelolaan, sehingga mampu menentukan strategi yang tepat di dalam persaingan ataupun pengembangan produknya agar tampil beda. Bersikap adil terhadap semua karyawannya, untuk membangun kekompakan di dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Hal penting yang harus dilakukan selain kerja adalah melakukan komunikasi secara internal maupun eksternal dengan baik. Membangun komunikasi secara internal, guna memotivasi kerja karyawan agar bisa bekerjasama. Komunikasi eksternal akan mendatangkan mitra kerja serta menciptakan pelanggan.
Pemimpin yang memiliki karakter diri akan mampu melihat ke depan atas harapan dan capaian tujuan. Rasa percaya diri harus dikembangkan agar di dalam tindakannya dilakukan dengan perhitungan secara matang dan tanpa keraguan. Keberanian dan ketegasan merupakan sikap yang harus dilakukan agar mampu menangkap peluang bisnis untuk ditindaklanjuti secara professional. Untuk karakteristik lainnya merupakan pendukung dalam semua tindakannya. Perlu disadari bahwa setiap orang tidak mungkin memiliki banyak karakter yang dapat diunggulkan. Karakter penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah: cerdas, bertaqwa, berani, tegas dan pandai berkomunikasi. Atas dasar lima karakter tersebut, pemimpin mampu bertindak secara professional.
Jadilah pemimpin yang disukai semua pihak (stake holders), bisa bekerjasama, adil dan bersikap professional. Pemimpin dalam bidang apapun (khususnya dalam berbisnis) akan sukses apabila mampu melihat peluang bisnis melalui kecerdasannya dan menentukan strategi dan taktik yang tepat.
-Widyarini-
widyarini@uin-suka.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
HB.Siswanto, 2011, Pengantar Manajamen, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Robbins, P. Stephen dan Mary Coulter, 2009, Manajemen, (Terjemahan), Jakarta: PT. Indeks.
Stoner, James A.F., 1994, Manajemen, (Terjemahan), Jakarta: Erlangga.
Sutarto, 1986, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
Widyarini, Manajemen Bisnis dengan Pendekatan Islam, Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Yogyakarta, 2012