Ekonomi Syariah sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi Masyarkat: Solusi Inklusif ditengah Krisis Global dan Geopolitik

Yogyakarta, 12 Juni 2025 – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Hukum Ekonomi Syariah (HES) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sukses menyelenggarakan seminar bertajuk "Ekonomi Syariah sebagai Pilar Ketahanan Ekonomi Masyarakat: Solusi Inklusif di Tengah Krisis Global dan Geopolitik". Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 12 Juni 2025 ini merupakan bentuk implementasi kerjasama antara Prodi HES UIN Sunan Kalijaga dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Bank Indonesia, menghadirkan pembicara kompeten dari akademisi dan praktisi perbankan syariah.

Prof. Dr. Ali Sodiqin, S.Ag., M.Ag., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran ekonomi syariah dalam membangun ketahanan ekonomi nasional,beliaumenekankan bahwa ekonomi syariah dengan prinsip keadilan dan kebersamaannya telah terbukti mampu bertahan dalam berbagai krisis ekonomi global"Sistem ekonomi syariah yang berbasis pada nilai-nilai Islam menawarkan solusi nyata untuk mengatasi ketidakstabilan ekonomi saat ini.Prinsip syariah yang adil dan inklusif mampu menjadi solusi di tengah tantangan krisis global," ujarnya.

A. Hashfi Luthfi, Kaprodi HES, turut menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara ini. "Kolaborasi dengan BSI dan Bank Indonesia membuktikan bahwa ekonomi syariah bukan hanya wacana, tetapi telah menjadi aksi nyata untuk kesejahteraan masyarakat," tambahnya.

Dr. Ibi Syatibi, S.H.I., M.Si. sebagai pembicara pertama memaparkan analisis mendalam tentang ketahanan sistem keuangan syariah dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Beliau menunjukkan data bahwa selama krisis 2020-2024, perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan aset rata-rata 12% per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional. "Ini membuktikan bahwa prinsip bagi hasil dan larangan riba dalam ekonomi syariah memberikan stabilitas yang lebih baik," jelasnya.

Mahmudi, S.H.I., M.H. dari Bank Indonesia mempresentasikan berbagai program terbaru BI untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah, termasuk pengembangan fintech syariah dan digitalisasi zakat. "Kami sedang mengembangkan platform terpadu untuk menghubungkan pelaku UMKM dengan pembiayaan syariah, sekaligus mempermudah distribusi zakat dan wakaf," paparnya. Beliau juga mengungkapkan rencana BI untuk meningkatkan literasi keuangan syariah yang saat ini baru mencapai 23% dari total populasi.

Sugiyanti, S.E. dari Bank BSI berbagi pengalaman praktis dalam mengembangkan produk-produk perbankan syariah yang inklusif. "Kami telah meluncurkan program pembiayaan mikro syariah dengan skema bagi hasil khusus untuk UMKM dengan plafon mulai dari Rp5 juta hingga Rp500 juta," ujarnya. Program ini telah berhasil menyalurkan pembiayaan senilai Rp2,3 triliun kepada lebih dari 15.000 pelaku UMKM di seluruh Indonesia.

Diskusi berlangsung sangat interaktif dengan banyaknya pertanyaan dari peserta tentang implementasi ekonomi syariah di tingkat masyarakat. Salah satu pertanyaan menarik datang dari perwakilan Koperasi Syariah Bina Umat yang menanyakan strategi konkret untuk meningkatkan penetrasi ekonomi syariah di pedesaan. Para pembicara sepakat bahwa kunci utamanya adalah edukasi berkelanjutan dan kemudahan akses ke lembaga keuangan syariah.

Acara ditutup dengan komitmen bersama untuk melanjutkan kerjasama antara akademisi, perbankan syariah, dan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi syariah yang lebih inklusif. "Kami dari HMPS HES berencana membuat program pendampingan UMKM berbasis syariah sebagai tindak lanjut dari seminar ini," ungkap ketua panitia, Ahmad Fauzi. Seminar ini tidak hanya memberikan wawasan teoritis tetapi juga solusi praktis yang dapat langsung diimplementasikan oleh berbagai pemangku kepentingan dalam menguatkan ketahanan ekonomi nasional.